Dalam
komunike terakhir itu diantaranya dinyatakan bahwa Konferensi Asia
Afrika telah meninjau soal-soal mengenai kepentingan bersama
negara-negara Asia dan Afrika dan telah merundingkan cara-cara bagaimana
rakyat negara-negara ini dapat bekerja sama dengan lebih erat di bidang
ekonomi, kebudayaan, dan politik. Yang paling mashur dari hasil
konferensi ini ialah apa yang kemudian dinamakan Dasa Sila Bandung,
yaitu suatu pernyataan politik berisi prinsip-prinsip dasar dalam usaha
memajukan perdamaian dan kerja sama dunia. Kesepuluh prinsip itu ialah :
1.
Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta azas-azas
yang termuat dalam piagam PBB.
2. Menghormati kedaulatan dan
integritas teritorial semua bangsa-bangsa.
3. Mengakui persamaan
semua suku-suku bangsa dan persamaan
semua
bangsa-bangsa besar maupun kecil.
4. Tidak melakukan intervensi atau
campur tangan dalam soal¬
soal dalam negeri negara
lain.
5. Menghormati hak tiap-tiap bangsa untuk mempertahankan diri
sendiri secara sendirian atau secara kolektif, yang sesuai dengan Piagam
PBB.
6. a. Tidak mempergunakan peraturan-peraturan dari pertaha¬
nan kolektif untuk bertindak bagi kepentingan khusus dari salah
satu dari
negara-negara besar.
b. Tidak melakukan tekanan
terhadap negara lain.
7. Tidak melakukan tindakan-tindakan atau
ancaman agresi ataupun penggunaan kekerasan terhadap integritas
teritorial atau kemerdekaan politik sesuatu negara.
8. Menyelesaikan
segala perselisihan-perselisihan internasional dengan jalan damai,
seperti perundingan, persetujuan, arbitrase atau penyelesaian hakim atau
pun lain-lain cara damai lagi menurut pilihan pihak-pihak yang
bersangkutan, yang sesuai dengan Piagam PBB.
9. Memajukan kepentingan
bersama dan kerja sama.
10. Menghormati hukum dan
kewajiban-kewajiban internasio-nal.
3.8 Penutup
Dalam penutup komunike terakhir dinyatakan bahwa Konferensi Asia Afrika
menganjurkan supaya kelima negara penyelenggara mempertimbangkan untuk
diadakan pertemuan berikutnya dari konferensi ini, dengan meminta
pendapat negara-negara peserta lainnya. Tetapi usaha untuk mengadakan
Konferensi Asia Afrika kedua selalu mengalami hambatan yang sulit
diatasi. Tatkala usaha itu hampir terwujud (1964), tiba-tiba di negara
tuan rumah (Aljazair) terjadi pergantian pemerintahan, sehingga
konferensi itu tidak jadi.
Konferensi Asia Afrika
di Bandung, telah berhasil menggalang persatuan dan kerja sama di antara
negara-negara Asia dan Afrika, baik dalam menghadapi masalah
internasional maupun masalah regional. Konferensi serupa bagi kalangan
tertentu di Asia dan Afrika beberapa kali diadakan pula, seperti
Konferensi Wartawan Asia Afrika, Konferensi Islam Asia Afrika,
Konferensi Pengarang Asia Afrika, dan Konferensi Mahasiswa Asia Afrika.
Konferensi Asia Afrika telah membakar semangat
dan menambah kekuatan moral para pejuang bangsa-bangsa Asia dan Afrika
yang pada masa itu tengah memperjuangkan kemerdekaan tanah air mereka,
sehingga kemudian lahirlah sejumlah negara merdeka di benua Asia dan
Afrika. Semua itu menandakan bahwa cita-cita dan semangat Dasa Sila
Bandung semakin merasuk ke dalam tubuh bangsa-bangsa Asia dan Afrika.
Jiwa Bandung dengan Dasa Silanya telah mengubah
pandangan dunia tentang hubungan internasional. Bandung telah melahirkan
faham Dunia Ketiga atau "Non-Aligned' terhadap Dunia Pertamanya
Washington dan Dunia Keduanya Moscow. Jiwa Bandung telah mengubah juga
struktur Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Forum PBB bukan lagi forum
eksklusif Barat atau Timur.
Sebagai penutup uraian singkat ini, dikutip bagian terakhir pidato
penutupan Ketua Konferensi Asia Afrika sebagai berikut
"May we
continue on the way we have taken together and may the Bandung
Conference stay as a beacon guiding the future progress of Asia and
Africa".
("Semoga kita dapat meneruskan perjalanan kita di atas
jalan yang telah kita pilih bersama-sama dan semoga Konferensi Bandung
ini tetap tegak sebagai sebuah mercusuar yang membimbing kemajuan di
masa depan dari Asia dan Afrika").
Sumber: Panduan Museum
Konperensi Asia Afrika, Departemen Luar Negeri RI Direktorat Jenderal
Informasi, Diplomasi Publik, Dan Perjanjian Internasional Museum
Konperensi Asia Afrika, 2004
Tidak ada komentar:
Posting Komentar