Struktur Organisasi Panitia Pelaksana
Dalam
persiapan pelaksanaan Konferensi Asia Afrika, Indonesia membentuk
sekretariat konferensi yang diwakili oleh negara-negara penyelenggara.
Guna mewujudkan keputusan-keputusan Konferensi
Bogor, segera dibentuk Sekretariat Bersama (Joint Secretariat) oleh lima
negara penyelenggara. Indonesia diwakili oleh Sekretaris Jenderal
Kementerian Luar Negeri Roeslan Abdul Gani yang juga menjadi ketua badan
itu, dan 4 (empat) negara lainnya diwakili oleh Kepala¬kepala
Perwakilan mereka masing-masing di Jakarta, yaitu U Mya Sein dari Birma,
M. Saravanamuttu dari Srilanka, B.F.H.B. Tyobji dari India, dan
Choudhri Khaliquzzaman dari Pakistan. Di dalam Sekretariat Bersama itu
terdapat 10 (sepuluh) orang staf yang melaksanakan pekerjaan
sehari-hari, terdiri atas 2 (dua) orang dari Birma, seorang dari
Srilanka, 2 (dua) orang dari India, 4 (empat) orang dari Indonesia, dan
seorang dari Pakistan. Selain itu terdapat pula 4 (empat) komite terdiri
atas Komite Politik, Komite Ekonomi, Komite Sosial, Komite Kebudayaan.
Selain itu, ada pula panitia yang menangani bidang¬bidang : keuangan,
perlengkapan, dan pers. Pemerintah Indonesia
sendiri pada tanggal 11 Januari 1955 membentuk Panitia
Interdepartemental (Interdepartemental Committee) yang diketuai oleh
Sekretaris Jenderal SekretariatBersama dengan anggota-anggota dan
penasehatnya berasal dari berbagai departemen guna membantu
persiapan-persiapan konferensi itu. Di Bandung, tempat diadakannya
konferensi, dibentuk Panitia Setempat (Local Committee) pada tanggal 3
Januari 1955 dengan ketuanya Sanusi Hardjadinata, Gubernur Jawa Barat.
Panitia Setempat bertugas mempersiapkan dan melayani soal-soal yang
bertalian dengan akomodasi, logistik, transport, kesehatan, komunikasi,
keamanan, hiburan, protokol, penerangan, dan lain-lain.
DIAGRAM
ORGANISASI KONPERENSI ASIA AFRIKA
Pemerintah
I 25 Negara Peserta I
Republik
Indonesia
I Sekretaris Bersama I
I
Protokol I
Panitia
Interdepartmental
Panitia Lokal di
di Jakarta Bandung
Gedung Concordia dan Gedung Dana Pensiun dipersiapkan sebagai tempat
sidang-sidang konferensi. Hotel Homann, Hotel Preanger, dan 12 (dua
belas) hotel lainnya serta perumahan perorangan dan pemerintah
dipersiapkan pula sebagai tempat menginap para tamu yang berjumlah 1300
orang. Keperluan transport dilayani oleh 143 mobil, 30 taksi, 20 bus,
dengan jumlah 230 orang sopir dan 350 ton bensin tiap hari serta
cadangan 175 ton bensin.
Dalam kesempatan memeriksa persiapan-persiapan terakhir di Bandung pada
tanggal 17 April 1955, Presiden RI Soekarno meresmikan penggantian nama
Gedung Concordia menjadi Gedung Merdeka, Gedung Dana Pensiun menjadi
Gedung Dwi Warna, dan sebagian Jalan Raya Timur menjadi Jalan Asia
Afrika. Penggantian nama tersebut dimaksudkan untuk lebih menyemarakkan
konferensi dan menciptakan suasana konferensi yang sesuai dengan tujuan
konferensi.
Pada tanggal 15
Januari 1955, surat undangan Konferensi Asia Afrika dikirimkan kepada
kepala pemerintahan 25 (dua puluh lima) negara Asia dan Afrika. Dari
seluruh negara yang diundang hanya satu negara yang menolak undangan
itu, yaitu Federasi Afrika Tengah (Central African Federation), karena
memang negara itu masih dikuasai oleh orang-orang bekas penjajahnya.
Sedangkan 24 (dua puluh empat) negara lainnya menerima baik undangan
itu, meskipun pada mulanya ada negara yang masih ragu-ragu. Sebagian
besar delegasi peserta konferensi tiba di Bandung lewat Jakarta pada
tanggal 16 April 1955.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar